Grade atau Tingkat Kualitas Barang Logam dan Kertas


Mengacu pada ANI (Asosiasi Numismatik Indonesia) dan dr. Arifin selaku numismator, saya turut antusias dalam membantu temen - temen kolektor dan numismator untuk menyebarkan grade, level, tingkat kelayakan, atau tingkat kualitas koin yang berlaku juga terhadap medali dan bahan logam lainnya dan uang kertas. Dapat pula dikatakan, jika semakin tinggi grade-nya semakin mahal harganya, yang tentunya dipengaruhi juga oleh faktor keantikan atau usia. Menurut Undang-undang Benda Cagar Budaya Nasional 1992, istilah kuno mengacu kepada benda yang sudah berusia 50 tahun atau lebih. Jadi pembeli tidak tertipu oleh penjual yang hanya ingin mengeruk keuntungan dengan menaikkan persen harga dan dengan iming - iming kata "kuno". Berikut daftar grade dari paling tinggi hingga paling rendah:

BU (Brilliant Uncirculated)
• Baru keluar dari cetakan, mengkilap, cemerlang, dan tidak cacad.
Unc (Uncirculated)
• Masih mengkilap tetapi kalah sedikit cemerlang dari BU. Mungkin disebabkan penyimpanan setelah keluar dari percetakan.
XF atau EF (Extremely Fine)
• Baru sedikit beredar, masih ada bagian yang mengkilap walaupun tidak seluruh koin. Ada tanda-tanda aus di pinggir dan bagian yang menonjol.
VF (Very Fine)
• Sudah agak banyak beredar.
• Tanda aus di pinggir dan di bagian yang menonjol tampak jelas.
• Ada gores halus di permukaan dan sudah tidak mengkilap lagi.
F (Fine)
• Sudah aus di banyak tempat.
• Goresan tampak jelas.
• Struktur yang menonjol seperti huruf atau gambar sudah ada yang bersatu dengan bagian yang rata.
• Pinggir koin sudah banyak aus.
• Karat dan kotoran sudah tampak tetapi masih bisa hilang bila digosok dengan jari.
VG (Very Good)
• Keausan terdapat di banyak tempat.
• Bagian pinggir mungkin ada yang hilang.
• Tampak goresan besar dan kecil.
• Gambar dan huruf sudah kabur.
• Tampak karat dan kotoran, tidak bisa hilang oleh jari.
G (Good)
• Lusuh dan tidak menarik lagi.
• Sebagian gambar dan huruf hilang.
• Goresan besar malang-melintang.
• Bagian pinggir aus dan hilang.
• Karat dan kotoran sudah banyak.
P (Poor)
• Sudah aus sama sekali.
• Detil gambar dan huruf sudah hilang.
• Sebagian pinggir hilang.
• Goresan dan lubang tampak menonjol
Catatan: Grade ini berlaku pula untuk token dan medali.

Ada pula negara yang menggunakan urutan grade seperti berikut:
1. Mint State (Unc)
2. Almost Uncirculated (AU)
3. Extremely Fine (XF or EF)
4. Very Fine (VF)
5. Fine (F)
6. Very Good (VG)
7. Good (G)
8. Almost Good (AG)
9. Fair (Fair)
10. Basal State (Basal)

Tidak menjadi soal, grade mana yang dipakai. Yang penting grade-grade disepakati bersama.

THE INTERNATIONAL BANK SOCIETY (IBNS) menerapkan suatu standarisasi grading yang terdiri dari :

1. UNC (Uncirculated)
Keadaan sempurna dengan semua sudut tajam, tidak ada cacat sedikitpun, bersih, dan permukaan kertas masih berkilau. Sebagai ilustrasi adalah selembar uang kertas yang diambil dari segepok uang baru yg masih tersegel.

2. AU (Almost Uncirculated)
Keadaan uang yang hampir sama dengan di atas tetapi ada minor mishandling seperti lipatan pada sudut, atau lipatan halus pada bagian tengah, tetapi tidak boleh keduanya, selain itu kondisi uang harus bersih dan berkilau seperti aslinya, semua sudut harus tajam.

3. EF/XF (Extra Fine)
Kertas dalam keadaan baik, crisp atau kaku, masih memiliki kilau pada permukaan, dan memiliki maksimum 3 lipatan tipis atau satu lipatan tajam, sudut sedikit membundar.

4. VF (Very Fine)
Uang kertas yang telah dipakai namun masih tetap crisp, ada sedikit kotor dan beberapa lipatan vertikal dan horisontal namun tidak sobek.

5. F (Fine)
Uang telah sering terpakai dengan beberapa lipatan dan tidak crisp lagi, tidak terlalu kotor, mungkin ada sedikit sobek pada bagian margin tetapi tidak masuk ke gambar, warna masih jelas.

6. VG (Very Good)
Uang telah terpakai berkali-kali namun kertas masih utuh, terdapat sobekan pada sudut sehingga tidak tajam lagi, ada sobekan yang masuk hingga ke gambar, ada bekas karat, pada bekas lipatan ada lubang, kertas layu tetapi tidak ada bagian yg hilang karena sobek.

7. G (Good)
Uang telah lama dipakai, warna telah memudar, bekas lipatan yg berkali-kali telah menyebabkan lubang/sobekan pd bagian pinggir, ada bekas karat, kotoran/grafiti, ada bagian yg hilang karena sobek.

8. FAIR
Seluruh kertas layu dan kotor akibat pemakaian yang berat, uang telah rusak, terdapat sobekan besar dan ada bagian besar yang hilang.


9. P (Poor)
Uang telah rusak berat akibat sobekan, karat, bagian yg hilang, grafiti atau pun lubang yg besar, mungkin ada bekas tambalan/bekas potongan (trimming) pada bagian tepi untuk menutupi bagian yang rusak. Uang yg masuk katagori ini tidak layak dikoleksi kecuali hanya sebagai pengisi sementara atau memang termasuk uang yg sangat langka.

Adakalannya kualitas suatu uang kertas ada di antara 2 kategori, dalam kasus ini sebagian kolektor memakai istilah PLUS (+) MINUS (-) atau penambahan huruf a kecil (ABOUT), Contohnya :
1. VF+ (Very Fine Plus) grade berada di antara VF dan EF tetapi lebih cenderung ke VF.
2. VF++ (Very Fine Plus Plus) gradenya berada diantara VF dan EF tetapi lebih cenderung ke EF.
3. aEF (About Extra Fine) gradenya hampir/kira-kira berada di EF.
4. UNC- (Uncirculated Minus) hampir UNC dengan hanya sedikit sekali kekurangan.

Semua cacat yg terdapat pada uang kertas juga harus disebutkan agar tidak terjadi kesalahpahaman seperti :
1. Coretan / grafiti
2. Bekas selotip, lem, karat
3. Lubang Staples, pin hole
4. Trimming / bagian tepi yg dipotong
5. Pressing / disetrika
6. Cleaning / dicuci dgn cairan pembersih
7. Repair / perbaikan berupa tambalan

Adanya kondisi2 tersebut akan menyebabkan grading uang kertas tersebut menjadi turun sedikitnya satu tingkat.

Sekalipun telah ada standarisasi, perbedaan grading antara para kolektor seringkali terjadi, masalah ini dapat timbul akibat beberapa faktor misalnya pengalaman, pencahayaan dan suasana yg berbeda. Grading sepantasnya dilakukan oleh pihak ketiga yang berpengalaman dan tidak terlibat dalam transaksi.

Perangko Presiden Soeharto

Perangko Seri Presiden Soeharto
nominal 50 rp . 3 pcs sudah cap pos
nominal 55 rp . 1 pcs sudah cap pos
nominal 100 rp. 1 pcs sudah cap pos
Konsisi sesuai gambar,
berminat Hub : dharmaeka@gmail.com

Sejarah Perangko

Prangko pertama yang merupakan hasil gagasan Sir Rowland Hill diterbitkan di Inggris pada tanggal 6 Mei 1840, dan merupakan prangko pertama di dunia. Prangko tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

* Memuat gambar kepala Ratu Victoria.* Dicetak dalam warna hitam.
* Memuat kata postage pada bagian atasnya.
* Memuat kata-kata one penny pada bagian bawahnya.

SELANJUTNYA

Mengingat warna tintanya hitam serta tulisan one penny yang menunjukkan harga nominalnya, prangko tersebut kemudian dikenal oleh masyarakat luas dengan julukan The Penny Black.

Kisah timbulnya gagasan untuk menerbitkan prangko oleh Sir Rowland Hill ternyata cukup menarik. Suatu ketika dilihatnya seorang pengantar menyerahkan sepucuk surat kepada seorang gadis. Sejenak setelah mengamati surat itu dengan teliti, gadis itu pun segera mengembalikan surat itu kepada pengantar pos dan menolak melunasi biaya pengiriman surat dengan alasan bahwa ia tidak punya uang.

Sir Rowland Hill mendekati gadis seraya bertanya apa sebab ia menolak menerima surat tersebut. Jawaban gadis tersebut ternyata mengejutkan. Surat yang ternyata datang dari kekasihnya itu memuat beberapa tanda/kode yang hanya diketahui oleh mereka berdua. Tanpa harus membuka surat itu pun gadis tersebut telah tahu apa sebenarnya maksud/isi surat. Jadi, buat apa ia harus susah-susah membayar ongkos kirim surat. Hal ini membuat Sir Rowland gusar, karena bila hal tersebut sering terjadi, alangkah ruginya dinas pos dan juga bagaimana nasib karyawan yang bekerja didalamnya. Selain kasus tersebut, yang membuat Sir Rowland juga memikirkan prangko adalah ketika Sir Rowland menekuni bidang perpajakan dan ilmu administrasi, sekaligus mengamati perkembangan sosial ekonomi di Inggris pada masa itu.

Pada tahun 1930, ketika negara Inggris berkembang menjadi negara industri, transportasi mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Jalan kereta api mulai membentang dari Barat ke Timur dan dari Utara ke Selatan. Pada waktu itu, Rowland Hill memikirkan bagaimana mendapatkan pemasukan uang untuk kaskerajaan dari pajak pengiriman surat-surat. Bahkan pikiran dari pajak pengiriman surat-surat. Bahkan pikiran Rowland Hill juga diganggu dengan pemberian hak bagi anggota Majelis Rendah dan Majelis Tinggi dalam parlemen untuk dapat mengirim surat secara cuma-cuma tanpa batas selain itu sistem pembayaran biaya pengiriman surat oleh penerima juga banyak merugikan dinas pos. Hal tersebut dilihat oleh Rowland Hill sebagai suatu pemborosan dan sangat merugikan kas kerajaan.

Oleh karena itu, pada tahun 1837 Rowland Hill mengajukan usul kepada parlemen yang antara lain mengemukakan hal-hal sebagai berikut.

* Ongkos pengiriman surat harus diturunkan, dengan turunnya ongkos pengiriman surat, diharapkan terjadi peningkatan jumlah surat yang dikirim.
* Untuk lebih merangsang masyarakat agar saling berkirim surat, perlu ditetapkan tarif pos yang seragam dengan tidak memandang jarak tempuh surat tersebut.
* Untuk menghindari penyalahgunaan biaya pengiriman surat, biayanya harus dibayar dimuka dengan menempelkan secarik kertas tanda pelunasan yang saat ini kita kenal sebagai prangko.

Pemikiran ini awalnya mendapat tentangan dari Parlemen. Namun empat tahun kemudian tepatnya pada tahun 1840 usul Rowland Hill diterima Parlemen. Dari sinilah kemudian lahir prangko, carik kertas kecil yang dipakai sebagai tanda pelunasan pengiriman surat.



PERKEMBANGAN PRANGKO DI SELURUH DUNIA

Setelah Inggris menerbitkan prangko pada tahun 1840, beberapa negara-negara lain pun segera mengikutinya antara lain Zurich, Geneva, Basel (ketiganya di Swiss), Mauritius, Perancis, Bavaria, Amerika Serikat, dan Brasil.

Pada tanggal 1 April 1864, pemerintah Hindia Belanda yang waktu itu menguasai seluruh Nusantara menerbitkan prangko pertama kali. Prangko Hindia Belanda yang baru lahir itu berwarna merah anggur dengan harga nominal 10 sen dan menampilkan gambar Raja Willem III.


JENIS-JENIS PRANGKO

1. PRANGKO DEFINITIF

Prangko definitif atau prangko biasa yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan prangko sehari-hari, tidak ada kaitannya dengan suatu kejadian atau peristiwa. Prangko tersebut terdiri dari beberapa pecahan harga mulai dari harga nominal rendah sampai yang harga nominal tinggi. Oplah cetak untuk tiap pecahan harga juga tidak sama tergantung mana yang lebih banyak digunakan. Prangko jenis ini apabila persediaannya menipis akan dicetak ulang sesuai dengan kebutuhan. Masa jual prangko tersebut tidak terbatas sampai ada instruksi dari Pemerintah. Contohnya adalah :

* Prangko seri Hewan (1956)
* Prangko seri Alat musik (1967)
* Prangko seri Presiden Soekarno
* Prangko seri Presiden Soeharto
* Prangko seri PELITA (Pembangunan Lima Tahun)


2. PRANGKO PERINGATAN

Prangko peringatan yaitu prangko yang penerbitannya dikaitkan dengan suatu kejadian atau peristiwa dan dimaksudkan untuk memperingati kejadian atau peristiwa, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Contoh dari prangko ini adalah

* 100 tahun prangko Indonesia
* 10 tahun Konferensi Asia-Afrika
* 25 tahun ASEAN


3. PRANGKO ISTIMEWA

Prangko Istimewa yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan untuk menarik perhatian masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri mengenai kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh Pemerintah dalam berbagai bidang, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Contohnya adalah:

* Prangko seri pariwisata 1988
* Prangko seri Flora 1989
* Prangko seri Fauna 1989
* Prangko seri World Cup Italia 1990


4. PRANGKO AMAL

Prangko Amal yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan untuk menghimpun dana bagi kepentingan amal dan dijual dengan harga tambahan. Pendapatan dari hasil penjualan prangko ini setelah dikurangi dengan harga prangko, ongkos pembuatan dan ongkos lainnya kemudian disumbangkan kepada suatu badan amal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Contohnya adalah:

* Prangko Hari Sosial III (1960)
* Prangko Hari Sosial IV (1961)

Prangko peringatan, prangko istimewa, dan prangko amal masa jualnya di kantor pos terbatas yaitu selama tahun penerbitan ditambah 2 tahun, sedangkan masa berlakunya selama tahun penerbitan ditambah lima tahun.


5. PRANGKO UNTUK TUJUAN KHUSUS

Selain prangko-prangko tersebut di atas masih ada prangko-prangko yang diterbitkan untuk tujuan khusus yaitu prangko pos kilat, prangko pos udara, prangko dinas, prangko ekspres, dan prangko pos udara ekspres. Prangko-prangko tersebut sudah tidak lagi berlaku dan tidak diterbitkan lagi.


BENTUK, UKURAN, DAN KOMPOSISI PRANGKO

Pada mulanya prangko-prangko diterbitkan dalam bentuk persegi panjang sesuai dengan bingkai potret raja (yang dijadikan gambar prangko) dari negara penerbitnya. Kemudian digunakan bentuk persegi panjang mendatar yang lebih serasi untuk prangko-prangko peringatan. Beberapa bentuk prangko diantaranya ialah bentuk bujur sangkar yang pertama kali dipergunakan oleh Bavaria pada tahun 1849, bentuk segitiga yang pertama kali dipergunakan oleh Cape of Good Hope (Afrika Selatan) pada tahun 1853, bentuk segi delapan dipergunakan Yunani pada tahun 1898 dan masih ada lagi bentuk-bentuk lainnya.

Prangko-prangko yang pernah digunakan di Indonesia diterbitkan dalam bentuk persegi panjang, segiempat sama sisi dan segitiga sama sisi (terbitan pemerintah Hindia Belanda).


1. UKURAN PRANGKO

Pada mulanya prangko-prangko dibuat sepraktis munkin, tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlalu kecil. Prangko-prangko pertama kebanyakan diterbitkan dalam ukuran 25 x 18 mm. Kemudian ukurannya disesuaikan denga kebutuhan penerbitannya. Prangko terkecil adalah prangko Mecklenburg Scwein (Jerman) yang diterbitkan pada tahun 1856 berukuran 9 x 9 mm, sedangkan prangko terbesar adalah prangko Amerika Serikat yang diterbitkan pada tahun 1856 berukuran 53 x 97 mm. Umumnya prangko-prangko yang harga nominalnya lebih tinggi diterbitkan lebih besar daripada yang harga nominalnya rendah seperti halnya dengan prangko-prangko terbitan Hindia Belanda, Inggris, dan Belanda.

2. KOMPOSISI PRANGKO

Komposisi prangko atau susunan prangko biasanya berjajar, satu dengan yang lainnya dipisahkan dengan perforasi dan dalam satu lembar (sheet) terdapat prangko dengan desain dan harga nominal yang sama. Namun dewasa ini beberapa negara termasuk Indonesia telah menerbitkan prangko bergandengan yaitu beberapa macam prangko dicetak menjadi satu sehingga membentuk suatu kesatuan prangko. Setiap prangko memuat harga nominal sendiri-sendiri dan antara prangko yang satu dengan prangko yang lainnya diberi perforasi sehingga mudah dipisahkan. Termasuk dalam katagori prangko bergandengan ialah:

* Prangko Se-tenant
o Beberapa prangko yang dicetak bergandengan dan keseluruhannya membentuk sebuah gambar yang utuh. Contoh prangko seri Borobudur 1868, Olimpiade Mexico 1968, Seni Lukis Tradisional 1981, Bangsa Peduli Lingkungan 1993.
o Beberapa prangko yang masing-masing memuat gambar yang berlainan, tetapi dicetak bergandengan. Contoh Prangko seri Amphilex 1971, Sensus Ekonomi 1986 dan Cinta Puspa dan Satwa 1993.
* Tete-Beche: Dua keping dicetak bergandengan yang satu terletak terbalik terhadap yang lainnya. Apabila letak 2 prangko tersebut berdampingan, maka disebut tete-beche horizontal, dan apabila letak 2 prangko tersebut yang satu berada di bawah yang lainnya, maka disebut tete-beche vertikal.
* Gutter-Pair: Antara dua prangko terdapat satu bidang berbentuk prangko tanpa harga nominal dan tidak dapat digunakan untuk harga nominal dan ridak dapat digunakan untuk melunasi biaya pengeposan. Pada bidang tersebut biasanya dimuat suatu pesan khusus, logo, atau disain lain yang menarik. Prangko seri "100 Tahun Museum Zoologicum Bogoriense" dengan harga nominal Rp 1000,- (1994).

DATA TEKNIS PRANGKO
TEKNIK PENCETAKAN PRANGKO

Pada umumnya prangko dicetak oleh percetakan negara. Di Indonesia, prangko dicetak oleh Perum Peruri. Dewasa ini, pencetakan dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin modern namun secara garis besar tetap mengikuti prinsip-prinsip di bawah ini:
* Cetak tinggi (typography)
* Cetak dalam (engraving)
* Cetak rata (lithography)
* Cetak limpah (offset)

Dalam keadaan darurat, ada prangko-prangko yang dicetak dengan klise terdiri dari huruf-huruf lepas (typeset) seperti halnya orang mencetak kartu nama sebagai contoh prangko yang dikeluarkan oleh Malta pada tahun 1925. Kadang-kadang masih disetai klise gambar seperti pada prangko milik British Guiana (1856) yang merupakan prangko termahal di dunia. Prangko-prangko yang dicetak dengan menggunakan cetaktindih umumnya menggunakan typeset sebagai contoh prangko edisi RIS, RIAU, UNTEA.

Umumnya ada prangko-prangko yang tercetak menyimpang dari prangko umumnya. Karena jumlahnya sedikit, prangko-prangko yang cetakannya menyimpang menjadi incaran para filatelis, karena langka dan harganya sangat mahal. Sebagai gambaran bila prangko yang bergambar penari piring tercetak dengan piring yang menghadap ke atas, maka ada prangko yang bergambar penari piring tercetak dengan piring yang menghadap ke bawah, dan prangko inilah yang kemudian menjadi incaran para kolektor.

1. KERTAS
Dewasa ini prangko dicetak pada kertas putih, tetapi ada juga yang dicetak pada kertas berwarna dengan maksud tertentu. Kertas juga menggambarkan masa atau negara mana yang mengeluarkan prangko tersebut.

2. PEREKAT
Ada prangko-prangko yang sudah diberi perekat, namun umumnya prangko di Indonesia diterbitkan tidak diberi perekat.

3. GAMBAR
Sebagai identitas negara, maka prangko-prangko diterbitkan dengan gambar kepala negara, raja atau tokoh terkenal suatu negara, kemudian memuat angka tahunatau harga nominal dengan hiasan seperlunya. Namun demikian selain gambar tokoh atau kepala negara, prangko diterbitkan dengan gambar-gambar lain sebagai sarana promosi, peringatan atau lainnya.

5. NAMA NEGARA
Prangko memuat nama negara, ada yang memuat nama resmi negara baik dalam bahasa inggris atau bahasa resmi negaranya, ada yang memuat dua bahasa seperti prangko Belgia, Kanada, Afrika Selatan, Srilanka dan Finlandia, bahkan ada yang mempergunakan 3 bahasa seperti Cyprus dan Israel. Swiss menggunakan nama latinnya "Helvetia".

Nama-nama negara ada juga yang disingkat sebagai contoh DDR (Jerman Timur), CCCP (Uni Sovyet), RSA (Afrika Selatan), UAR (Mesir), USA (Amerika Serikat) dan lain sebagainya. Di Indonesia, pada masa revolusi, prangko-prangko Hindia Belanda dan Jepang dicetak tindih dengan NRI.

Adakalanya prangko-prangko yang sama digunakan 2 atau 3 negara bersama-sama, sehingga nama negaranya dicantumkan bersama seperti Rhodesia-Nyassa dan Kenya-Uganda-Tanganyika.

6.TEKS
Dari teks yang terdapat pada prangko dapat diketahui bahwa beberapa prangko tertentu diterbitkan untuk keperluan khusus misalnya prangko dengan teks "pos Udara", "dinas", dan lain lain.

7. WARNA
Pemberian warna pada prangko bertujuan untuk membedakan jenis maupun harga prangko. Selain itu, variasi warna pada prangko bertujuan untuk menarik perhatian konsumen.

8. TANDA AIR
Tanda air atau watermark adalah identitas yang diberikan oleh pembuat kertas berharga seperti uang, prangko atau sertifikat. Watermark adalah gambar yang khusus dilihat bila kertas tersebut dibentangkan cahaya atau detektor khusus, hal ini digunakan untuk menghindari pemalsuan.

Prangko yang dikeluarkan oleh persemakmuran Inggris bertanda air "mahkota" yang bentuknya berlainan dan memakai huruf CC (Crown Colony) atau CA (Crown Agency). Prangko-prangko Jepang bertanda air garis-garis gelombang dan prangko Belanda bertanda air lingkara-lingkaran kecil, Jerman menggunakan garis-garis silang. Selain itu, gambar lambang negara juga diguanakan sebagai tanda air prangko. Prangko Republik Indonesia tidak bertanda air , hanya seri porto 1950 cetak tindih pada prangko Ned. Indie (Nederland Indie atau Hindia Belanda) bertanda air C of A karena prangko tersebut dicetak di Australia dengan kertas prangko negara tersebut yang bertanda air Cof A (Commonwealth of Australia).

Prangko-prangko pada zaman revolusi Indonesia ada yang dicetak pada kertas bertanda air "Padalarang" atau "Made in USA" (1949).

9. PERFORASI
Perforasi merupakan baris lubang-lubang diantara deretan prangko dalam lembaran, diadakan dengan maksud agar prangko-prangko tersebut mudah disobek. Preforasi yang disobek merupakan "gigi-gigi" pada prangko.

Perforasi pada prangko diberlakukan oleh Archer di Inggris pada tahun 1864, sebelumnya prangko diterbitkan tanpa perforasi sehingga untuk menggunakan, prangko tersebut perlu digunting dari lembarannya. Prangko tanpa perforasi memiliki harga yang lebih mahal daripada prangko dengan jenis yang sama yang diterbitkan tanpa gigi.

Perforasi ada 3 macam:

* Perforasi baris
* Perforasi sisir
* Perforasi blok

Perforasi sendiri tidakhanya berbentuk lubang, tetapi dapat berbentuk :

* Tusuk jarum (pin perporation)
* Tusuk pisau (roulette)

10. CETAK TINDIH
Prangko yang sudah beredar kemudian diberi tanda cetakan lagi disebut cetak tindih. Kadang-kadang tambahan cetakan ini dilakukan dengan mesin cetak yang sederhana yang dapat menimbulkan bermacam-macam perbedaan, penyimpangan dan kesalahan. Adapula yang hurufnya rusak (cetak tindih UNTEA 1962) . Adapula yang dilakukan dengan cap tangan/cap karet (Pendudukan Jepang dan masa Revolusi Indonesia). Prangko-prangko yang diberi cetak tindih berjumlah lebih sedikit daripada prangko aslinya, sehingga nilainya menjadi lebih tinggi dan menjadi incaran kolektor, dengan cetak tindih yang ada, para kolektor dapat memahami peristiwa sejarah yang dialami suatu negara atau wilayah. Umumnya, cetaktindih dilakukan secara darurat atau lokal oleh kantor pos setempat.

A. PERUBAHAN HARGA NOMINAL YANG MENDADAK
Biasanya bila terjadi perubahan tarif pos untuk menghabiskan persediaan lama yang masih banyak. Sebagai contoh pada Desember 1965 prangko Indonesia dibubuhi cetak tindih "sen" menggantikan "rupiah" berhubung revaluasi mata uang rupiah. Pada masa revolusi, prangko di Sumatera banyak sekali prangko yang harga nominalnya diberi tindihan.

B. DIGUNAKAN UNTUK DAERAH TERTENTU
Sebagai contoh prangko "RIAU" (1954-1960) dan "IRIAN BARAT" (1963-1970) yang masing masing memakai mata uang Str $ (Strait Dollar) dan Gulden.

C. KEPERLUAN KHUSUS
Prangko-prangko tersebut dicetak untuk keperluan khusus dimana tidak sempat diterbitkan prangkonya, sebagai contoh prangko Seri Bencana Alam (1953) dan 1961, cetak tindih "Pos Udara" pada prangko Sumatera dan cetak tindih "Resmi" pada serti Cetakan Wina.

D. PERUBAHAN NAMA NEGARA
Pada pergantian kekuasaan dari tangan Belanda ke tangan Jepang (1942) prangko Hindia-Belanda dibubuhi cetaktindih Jepang, ada yang dilakukan secara setempat atau darurat dan ada pula yang dilakukan secara mekanis di kota-kota besar. Jenisnya banyak sekali. Di Indonesia Timur oleh Angkatan Laut (Kaigun) dan di Jawa dan Sumatera oleh Angkatan Darat (Rikugun).

Pada tahun 1945 cetak tindih "R.I.", "N.R.I.", "Rep. Indonesia", "Republik Indonesia" diterakan pada:

* Prangko Hindia (Nederl. Indie)
* Prangko Hindia Blanda yang sudah dibubuhi cetaktindih oleh Jepang;
* Prangko yang diterbitkan oleh Jepang sendiri.

E. CETAK TINDIH SEBAGAI PERINGATAN
Prangko Cetakan Wina antara lain dibubuhi cetak tindih:
* "Merdeka Djokjakarta 6 Djuli 1949"
* "Republik Indonesia Serikat 27 Des. 1949"

F. PERALIHAN PEMERINTAH
Di Irian Jaya (Papua), prangko "Nederl. Nieuw Guinea" selama pemerintahan peralihan oleh PBB dibubuhi cetak tindih UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) yang berlaku mulai Oktober 1962 sampai Maret 1963. Cetak tindih tersebut dilakukan di Holandia (Jayapura) dan di Haarlem (Nederland).

Cetak tindih di dalam dunia filateli dikenal 2 macam istilah yaitu
I. SURCHARGE
Cetak tindih yang dibubuhi akan berakibat pada perubahan harga pada prangko aslinya.

II. OVERPRINT
Yakni, jika cetaktindih hanya dimaksudkan untuk mengubah nama negara untuk peringatan dan sebagainya yang tidak ada kaitannya dengan perubahan harga.


Sumber:
* Mengenal Dunia Filateli, Hobi Rekreatif Yang Bermanfaat, edisi 1995, Diterbitkan oleh Perusahaan Umum Pos dan Giro (sekarang menjadi PT Pos Indonesia).
http://id.wikipedia.org/wiki/Prangko
http://imagegambar.blogspot.com/
http://www.facebook.com/ImageGambar/
http://www.twitter.com/ImageGambar/























gambar: Prangko220px-Nicaragua1_1913.jpg
Komponen pokok pada sebuah prangko:
1. Gambar
2. Perforasi
3. Harga
4. Nama negara


Presiden Soeharto

Perangko Seri Presiden Soeharto
nominal 40 rp . tahun ..... sudah cap pos
nominal 50 rp. tahun .... sudah cap pos
nominal 110 rp. tahun 1983 belum cap pos
Konsisi sesuai gambar,
semuanya Harga Rp. 400.000,- boleh nego

President Pertama RI : Ir. Soekarno

Perangko President Pertama RI : Ir. Soekarno ,
ada warna hitam : 5 rp dan  Coklat : 15 rp,
Tahun 1951
Kondisi Seperti Gambar/photo
Harga Rp. 400.000,-

Soekarno

Prangko Masa Revolusi Th.1949, 
Presiden Soekarno 10 Sen, dengan ada 
perforasi dan tanpa perforasi
Kondisi seperti gambar
Dijual Harga Rp. 500.000,-

Soekarno - Conefo

Perangko seri Soekarno - Conefo
pecahan 2,-+2 dan 10,-+5 masing 1pcs
Kondisi seperti gambar.
Harga : Rp. 400.000,- aja bisa nego

Soekarno

Perangko seri Soekarno
Dikeluarkan tahun 1966
kondisi seperti gambar ada 8pcs
Harga Rp. 700.000,- bisa nego tipis

Soekarno


Perangko Soekarno tahun 1966
Kondisi seperti gambar ada 20pcs
Harga penawaran Rp 1.000.000

Pahlawan Revolusi


Perangko seri Pahlawan Revolusi
Diterbitkan tahun 1966
Konsisi seperti gambar, pahlawan revolusinya
tidak lengkap, hanya ada 4

Harga Rp. 400.000,-

Perangko Lukisan Raden Saleh


prangko seri lukisan Raden Saleh yang menampilkan 
sepasang prangko bergambar lukisan karya
Raden Saleh tentang pertarungan banteng dan harima, pecahan 25 dan 50
Diterbitkan Pada tanggal 30 Oktober 1967
Kondisi seperti gambar/foto
Mau di jual dengan Harga  Rp. 500.000,-

Perangko Seri Pancasila

Perangko Seri Pancasila
Diterbitkan 17 -8-65
masing masing perangko menggambarkan
sila sila pancasila dengan warna yang berlainan
Kondisi seperti gambar
Harga Rp. 200.000,- nego dikit boleh

2009 Eka Collections - Powered by Blogger
Blogger Templates by Deluxe Templates
Wordpress theme by Dirty Blue
This template is brought to you by : allblogtools.com
This template is brought to you by : All Blog Tools.com